Sabtu, 19 Desember 2009
Yuk, Ke Sukabumi ......
Selama ini warga Jakarta masih memilih Puncak sebagai tempat berlibur. Padahal, tidak jauh dari Puncak, kawasan Sukabumi yang terletak di kaki Gunung Gede-Pangrango bisa menjadi alternatif tempat berlibur yang menyenangkan.
Kurangnya pelancong ke Sukabumi karena mereka takut terjebak kemacetan lalu lintas menuju tempat wisata. Satu-satunya alternatif menuju lokasi-lokasi wisata di Sukabumi dari arah Jakarta memang hanya Jalan Raya Bogor-Sukabumi. Di jalan itu setidaknya terdapat tiga pasar dan beberapa pabrik. Akibatnya, pelancong yang menuju Sukabumi kerap terkena macet di titik-titik tertentu.
Selain itu, pemakai jalan juga harus berbagi jalan dengan truk pengangkut air mineral, yang jumlahnya puluhan. Namun, rasa penat akibat antrean macet akan terbayarkan dengan keindahan alam di lokasi-lokasi wisata yang sebagian besar terletak di kaki Gunung Gede-Pangrango.
Tempat wisata itu antara lain Danau Lido, Situ Gunung, Selabintana, dan Pondok Halimun. Keempatnya memberikan keindahan pemandangan kaki gunung yang hijau, liar, dan belum tersentuh dengan desain-desain bangunan yang modern. Sungguh berbeda dengan kawasan Puncak yang sudah seperti kota modern di atas gunung.
Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di lokasi ini, seperti menjelajah danau, tracking ke hutan, sungai, dan air terjun, dan juga terbang dengan pesawat ultralight.
Lido
"Keliling Danau Lido pakai perahu asyik banget, deh. Nanti kita juga bisa berhenti di restoran di seberang sana itu, restoran apung," kata Nindya Sunu (10).
Bagi bocah asal Jakarta ini, berekreasi di Danau Lido di Jalan Raya Bogor-Sukabumi Kilometer 21, Desa Wates Jaya, Kecamatan Cijeruk, Bogor, memang amat berkesan. Dia bermain bola, menerbangkan layang-layang, dan tentu naik perahu menjelajah danau yang masih tampak liar.
Danau Lido adalah danau alam yang terletak dekat perbatasan antara Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat. Danau ini bisa menjadi persinggahan yang menyenangkan dalam perjalanan dari Jakarta ke Sukabumi. Namun, jika ingin melewatkan hari libur di sini pun bisa. Selain restoran apung tepat di sisi kiri jalan dari arah Jakarta, ada juga kawasan Lido Lakes Resort yang telah ada sejak 1935.
Kawasan wisata ini bisa dicapai dengan mudah, baik bagi yang naik kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Tersedia fasilitas menginap dan aneka atraksi cukup lengkap di Lido Lakes Resort dengan kisaran harga murah hingga yang terbilang mahal. Pilih saja, mau menginap di vila atau cottage bersih dan nyaman yang dibangun semasa Presiden Soekarno atau di resor modern.
Di antara vila-vila itu ada yang diberi nama Vila Megawati, yang memang dibangun dan diperuntukkan bagi Megawati oleh ayahnya, Presiden Soekarno, pada tahun 1950-1960-an. Wisatawan yang berminat bisa menyewa vila yang dikelola oleh Lido Recreation Centre, Lido Lakes Resort.
Dengan fasilitas hotel berbintang, tersedia lapangan golf bagi wisatawan, paralayang, paragliding, dan pesawat ultralight. Berkeliling kawasan pegunungan ini dengan pesawat ultralight hanya perlu biaya Rp 300.000- Rp 400.000 per 15 menit terbang.
Situ Gunung
Jika ingin menikmati suasana pegunungan yang lebih kental, lanjutkan saja perjalanan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung, bagian dari Taman Nasional Gede-Pangrango di Sukabumi. Letaknya sekitar 123 kilometer dari Jakarta, tepat sebelum Pos Polisi Sektor Cisaat, pelancong harus berbelok ke timur menuju kaki Gunung Gede-Pangrango. Jarak tempuh dari Cisaat ke Situ Gunung kira-kira 7 kilometer.
Situ Gunung yang terletak di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, ini berada di ketinggian 950-1.150 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara 16-28 derajat celsius.
Berada di kawasan wisata seluas hampir 120 hektar, banyak yang ditawarkan dalam wisata alam Situ Gunung. Yang terasa begitu istimewa di kawasan ini tentu saja pemandangan alam berupa danau seluas 6 hektar, Situ Gunung. Keindahan makin lengkap dengan adanya air terjun yang disebut Curug Sawer. Jika mengunjungi obyek wisata ini, bukan hanya pemandangan indah yang ditawarkan, tetapi sekaligus rute tracking melewati membelah bukit dan pinggir danau.
Sambil berjalan menikmati keindahan alam pegunungan ini, pelancong bisa melihat dari dekat flora yang tumbuh di Situ Gunung, di antaranya puspa (Schima walichi), rasamala (Altingia exelsa), damar (Agathis loranthifolia), saninten (Castania argantea), gelam (Eugenia fastigiata), lemo (Litsea cubeba), dan harendong cai (Medinela speciosa). Jika beruntung, pelancong bisa melihat babi hutan, kijang, macan tutul, kera, surili, jaralang, trenggiling, ayam hutan, dan tekukur.
Pondok Halimun
Tempat lain yang tak kalah menawan adalah Pondok Halimun, yang berjarak sekitar 5 kilometer arah barat laut Selabintana. Setelah melewati perkebunan teh yang menghijau di daerah Perbawati, wisatawan akan mendapatkan keteduhan di Pondok Halimun.
Di tempat wisata yang berada tak jauh dari gerbang masuk Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango ini, wisatawan akan mendapatkan tempat beristirahat yang amat teduh dan sepi. Ditemani aliran hulu Sungai Cipelang yang jernih, wisatawan bisa mendapatkan kesegaran.
Jika sedang beruntung, wisatawan bisa menyaksikan atraksi kawanan monyet jenis lutung dan surili di dekat pintu masuk taman nasional. Di Pondok Halimun, wisatawan sering menghabiskan waktu untuk makan bersama perbekalan dari rumah. Penduduk Sukabumi biasa menyebutnya dengan ngaliwet, menu makanan yang terdiri dari nasi liwet, ikan asin bakar, tahu atau tempe goreng, sambal, dan lalap.
Wisatawan juga bisa memesan kepada penduduk sekitar ketika berkunjung ke Pondok Halimun. Di Pondok Halimun, udaranya amat dingin sehingga tak sedikit yang senang menikmati jagung bakar. (Agustinus Handoko)
Sumber :
Neli Triana dan M Clara Wresti
http://travel.kompas.com/read/xml/2009/08/21/11025475/yuk.ke.sukabumi...
21 Agustus 2009
Sumber Gambar:
http://farm4.static.flickr.com/3214/3084864571_62b184abc7.jpg
Sejarah Kota Sukabumi
Nama kota Sukabumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu Suka-Bumen. Menurut keterangan, mengingat udaranya yang sejuk dan nyaman, mereka yang datang ke daerah ini tidak ingin untuk pindah lagi karena suka/senang bumen-bumen atau bertempat tinggal di daerah ini. Secara administratif Sukabumi terdiri dari daerah Kota dan Daerah Kabupaten. Kabupaten Sukabumi beribukota di Pelabuhan Ratu.
Pada tahun 1914, pemerintah Hindia Belanda menjadikan kota Sukabumi sebagai Burgerlijk Bestuur dengan status Gemeente dengan alasan bahwa di kota ini banyak berdiam orang-orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan-perkebunan yang berada di daerah Kabupaten Sukabumi bagian selatan yang harus mendapatkan pengurusan dan pelayanan yang istimewa.
Sejak ditetapkannya Sukabumi menjadi Daerah Otonom pada bulan Mei 1926 maka resmi diangkat “Burgemeester” yaitu Mr. G.F. Rambonnet. Pada masa inilah dibangun Stasiun Kereta Api, Mesjid Agung, gereja Kristen; Pantekosta; Katholik; Bethel; HKBP; Pasundan, pembangkit listrik Ubrug; centrale (Gardu Induk) Cipoho, Sekolah Polisi Gubermen yang berdekatan dengan lembaga pendidikan Islam tradisionil Gunung Puyuh. Setelah Mr. G.F. Rambonnet memerintah ada tiga “Burgemeester” sebagai penggantinya yaitu Mr. W.M. Ouwekerk, Mr. A.L.A. van Unen dan Mr. W.J.Ph. van Waning.
Versi Lain menyebutkan
Nama Soekaboemi sebenarnya telah ada sebelum hari jadi Kota Sukabumi yaitu 13 Januari 1815. Kota yang saat ini berluas 48,15 km2 ini asalnya terdiri dari beberapa kampung bernama Cikole dan Paroeng Seah, hingga seorang ahli bedah bernama Dr. Andries de Wilde menamakan Soekaboemi. Perlu diketahu Andris de Wilde ini juga adalah seorang Preanger Planter (kopi dan teh) yg bermukim di Bandoeng, dimana eks rumah tinggal dan gudang kopinya sekarang dijadikan Kantor Pemkot Bandung. Awalnya ia mengirim surat kepada kawannnya Pieter Englhard mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk mengganti nama Cikole (berdasar nama sungai yg membelah kota Sukabumi) dengan nama Soekaboemi 13 Januari 1815.
Dan sejak itulah Cikole resmi menjadi Soekaboemi. Kata Soekaboemi berasal dari bahasa Sunda soeka-boemen yang bermakna udara sejuk dan nyaman, dan mereka yang datang tidak ingin pindah lagi karena suka dengan kondisi alamnya. Namun, bukan berarti hari jadi Kota Sukabumi jatuh pada tanggal tersebut. Ceritanya memang tidak singkat, bermula dari komoditas kopi yang banyak dibutuhkan VOC, Van Rie Beek dan Zwadecroon berusaha mengembangkan lebih luas tanaman kopi di sekitar Bogor, Cianjur, dan Sukabumi.
Tahun 1709 Gubernur Van Riebek mengadakan inspeksi ke kebun kopi di Cibalagung (Bogor), Cianjur, Jogjogan, Pondok Kopo, dan Gunung Guruh Sukabumi. Dan inilah salah satu alasan dibangunnya jalur lintasan kereta-api yg menghubungkan Soekaboemi dengan Buitenzorg dan Batavia di bagian barat dan Tjiandjoer (ibukota Priangan) dan Bandoeng di timur.
Saat itu, de Wilde adalah pembantu pribadi Gubernur Jenderal Daendels dan dikenal sebagai tuan tanah di Jasinga Bogor. Pada 25 Januari 1813, ia membeli tanah di Sukabumi yang luasnya lima per duabelas bagian di seluruh tanah yang ada di Sukabumi seharga 58 ribu ringgit Spanyol. Tanah tersebut berbatasan dengan Lereng Gunung Gede Pangrango di sebelah utara, Sungai Cimandiri di bagian selatan, lalu di arah barat berbatasan langsung dengan Keresidenan Jakarta dan Banten dan di sebelah Timur dengan Sungai Cikupa. Pada 1 April 1914, Sukabumi diangkat statusnya menjadi Gemeente.
Alasannya, di kota ini banyak berdiam orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan (Preanger Planters) di daerah Selatan dan harus mendapatkan kepengurusan dan pelayanan yang istimewa. Pada tanggal yang sama 354 tahun yang lalu, Belanda bangga memenangkan perang melawan Spanyol. Itulah mengapa tanggal 1 April dijadikan ulang tahun Kota Sukabumi. Kemudian 1 Mei 1926 pemerintahan kota dibentuk dan diangkat Mr. GF. Rambonet sebagai burgemeester (wali kota) pertama di Sukabumi.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Sukabumi
Catatan : Wilayah Kabupaten Sukabumi Utara akan meliputi 21 Kecamatan dari 47 Kecamatan yang ada di Kabupaten Sukabumi
Pada tahun 1914, pemerintah Hindia Belanda menjadikan kota Sukabumi sebagai Burgerlijk Bestuur dengan status Gemeente dengan alasan bahwa di kota ini banyak berdiam orang-orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan-perkebunan yang berada di daerah Kabupaten Sukabumi bagian selatan yang harus mendapatkan pengurusan dan pelayanan yang istimewa.
Sejak ditetapkannya Sukabumi menjadi Daerah Otonom pada bulan Mei 1926 maka resmi diangkat “Burgemeester” yaitu Mr. G.F. Rambonnet. Pada masa inilah dibangun Stasiun Kereta Api, Mesjid Agung, gereja Kristen; Pantekosta; Katholik; Bethel; HKBP; Pasundan, pembangkit listrik Ubrug; centrale (Gardu Induk) Cipoho, Sekolah Polisi Gubermen yang berdekatan dengan lembaga pendidikan Islam tradisionil Gunung Puyuh. Setelah Mr. G.F. Rambonnet memerintah ada tiga “Burgemeester” sebagai penggantinya yaitu Mr. W.M. Ouwekerk, Mr. A.L.A. van Unen dan Mr. W.J.Ph. van Waning.
Versi Lain menyebutkan
Nama Soekaboemi sebenarnya telah ada sebelum hari jadi Kota Sukabumi yaitu 13 Januari 1815. Kota yang saat ini berluas 48,15 km2 ini asalnya terdiri dari beberapa kampung bernama Cikole dan Paroeng Seah, hingga seorang ahli bedah bernama Dr. Andries de Wilde menamakan Soekaboemi. Perlu diketahu Andris de Wilde ini juga adalah seorang Preanger Planter (kopi dan teh) yg bermukim di Bandoeng, dimana eks rumah tinggal dan gudang kopinya sekarang dijadikan Kantor Pemkot Bandung. Awalnya ia mengirim surat kepada kawannnya Pieter Englhard mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk mengganti nama Cikole (berdasar nama sungai yg membelah kota Sukabumi) dengan nama Soekaboemi 13 Januari 1815.
Dan sejak itulah Cikole resmi menjadi Soekaboemi. Kata Soekaboemi berasal dari bahasa Sunda soeka-boemen yang bermakna udara sejuk dan nyaman, dan mereka yang datang tidak ingin pindah lagi karena suka dengan kondisi alamnya. Namun, bukan berarti hari jadi Kota Sukabumi jatuh pada tanggal tersebut. Ceritanya memang tidak singkat, bermula dari komoditas kopi yang banyak dibutuhkan VOC, Van Rie Beek dan Zwadecroon berusaha mengembangkan lebih luas tanaman kopi di sekitar Bogor, Cianjur, dan Sukabumi.
Tahun 1709 Gubernur Van Riebek mengadakan inspeksi ke kebun kopi di Cibalagung (Bogor), Cianjur, Jogjogan, Pondok Kopo, dan Gunung Guruh Sukabumi. Dan inilah salah satu alasan dibangunnya jalur lintasan kereta-api yg menghubungkan Soekaboemi dengan Buitenzorg dan Batavia di bagian barat dan Tjiandjoer (ibukota Priangan) dan Bandoeng di timur.
Saat itu, de Wilde adalah pembantu pribadi Gubernur Jenderal Daendels dan dikenal sebagai tuan tanah di Jasinga Bogor. Pada 25 Januari 1813, ia membeli tanah di Sukabumi yang luasnya lima per duabelas bagian di seluruh tanah yang ada di Sukabumi seharga 58 ribu ringgit Spanyol. Tanah tersebut berbatasan dengan Lereng Gunung Gede Pangrango di sebelah utara, Sungai Cimandiri di bagian selatan, lalu di arah barat berbatasan langsung dengan Keresidenan Jakarta dan Banten dan di sebelah Timur dengan Sungai Cikupa. Pada 1 April 1914, Sukabumi diangkat statusnya menjadi Gemeente.
Alasannya, di kota ini banyak berdiam orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan (Preanger Planters) di daerah Selatan dan harus mendapatkan kepengurusan dan pelayanan yang istimewa. Pada tanggal yang sama 354 tahun yang lalu, Belanda bangga memenangkan perang melawan Spanyol. Itulah mengapa tanggal 1 April dijadikan ulang tahun Kota Sukabumi. Kemudian 1 Mei 1926 pemerintahan kota dibentuk dan diangkat Mr. GF. Rambonet sebagai burgemeester (wali kota) pertama di Sukabumi.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Sukabumi
Catatan : Wilayah Kabupaten Sukabumi Utara akan meliputi 21 Kecamatan dari 47 Kecamatan yang ada di Kabupaten Sukabumi
Wisata Sejarah Peninggalan Belanda di Sukabumi
Kawasan wisata di Sukabumi tidak hanya menyuguhkan pemandangan alam yang indah nan asri, tetapi juga membawa wisatawan ke wisata sejarah karena sebagian besar tempat wisata itu dibangun pada zaman Belanda.
Di Selabintana yang terletak 7 kilometer dari kota Sukabumi, misalnya, wisatawan akan mendapatkan jejak sejarah peninggalan Belanda yang dipadu dengan panorama Gunung Gede-Pangrango. Hotel yang dibuat pada tahun 1900-an oleh seorang berkebangsaan Belanda tetap bertahan hingga kini dan masih menjadi ikon Selabintana.
Kawasan wisata Danau Lido juga dibuat pada zaman Belanda. Ketika itu pada tahun 1898, saat Belanda membangun Jalan Raya Bogor-Sukabumi, mereka mencari tempat untuk peristirahatan para petinggi pengawas pembangunan jalan dan pemilik perkebunan.
Danau Lido sendiri adalah danau alam yang letaknya di lembah Cijeruk dan Cigombong. Jika dilihat dari atas, Danau Lido seperti mangkuk di kaki Gunung Gede-Pangrango. Di dekat danau ini juga terdapat air terjun Curug Cikaweni yang mengalirkan air yang sangat dingin.
Kawasan ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1940 setelah Ratu Wilhelmina datang dan beristirahat di Lido pada tahun yang sama. Ketika itu, restoran pertama diresmikan sebagai pelengkap fasilitas kawasan wisata dan juga untuk menjamu Sang Ratu.
Berbeda dengan Danau Lido, Situ Gunung bukanlah danau alam. Dari berbagai cerita rakyat setempat dan data dari pengelola taman wisata, danau ini ternyata buatan manusia.
Konon, pada tahun 1800-an, danau ini dibuat oleh bangsawan Mataram Rangga Jagad Syahadana atau Mbah Jalun (1770-1841). Tokoh ini merupakan buronan penjajah yang akhirnya menetap di kawasan Kasultanan Banten, tepatnya di kaki Gunung Gede-Pangrango.
Mbah Jalun merasa begitu bahagia ketika istrinya yang berasal dari Kuningan-Cirebon melahirkan seorang anak laki-laki, Rangga Jaka Lulunta. Perasaan bangga, bahagia, dan penuh syukur itu diwujudkannya dengan membangun Situ Gunung.
Telaga Situ Gunung kemudian diambil alih oleh Belanda dan kemudian dibangunlah beberapa infrastruktur pada tahun 1850.
Di kawasan ini pernah dibangun hotel dengan nama Hotel Situ Gunung.
Kini di Situ Gunung tersedia penginapan yang cukup nyaman dengan fasilitas air panas. Apabila memilih berkemah, pelancong bisa membawa tenda sendiri atau menyewa tenda dari pengelola. Fasilitas mandi cuci kakus juga tersedia di areal perkemahan itu. (AHA/NEL/ARN)
Sumber :
http://www.kompas.com/read/xml/2009/01/03/12055484/wisata.sejarah.peninggalan.belanda.di.sukabumi
3 Januari 2009
Di Selabintana yang terletak 7 kilometer dari kota Sukabumi, misalnya, wisatawan akan mendapatkan jejak sejarah peninggalan Belanda yang dipadu dengan panorama Gunung Gede-Pangrango. Hotel yang dibuat pada tahun 1900-an oleh seorang berkebangsaan Belanda tetap bertahan hingga kini dan masih menjadi ikon Selabintana.
Kawasan wisata Danau Lido juga dibuat pada zaman Belanda. Ketika itu pada tahun 1898, saat Belanda membangun Jalan Raya Bogor-Sukabumi, mereka mencari tempat untuk peristirahatan para petinggi pengawas pembangunan jalan dan pemilik perkebunan.
Danau Lido sendiri adalah danau alam yang letaknya di lembah Cijeruk dan Cigombong. Jika dilihat dari atas, Danau Lido seperti mangkuk di kaki Gunung Gede-Pangrango. Di dekat danau ini juga terdapat air terjun Curug Cikaweni yang mengalirkan air yang sangat dingin.
Kawasan ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1940 setelah Ratu Wilhelmina datang dan beristirahat di Lido pada tahun yang sama. Ketika itu, restoran pertama diresmikan sebagai pelengkap fasilitas kawasan wisata dan juga untuk menjamu Sang Ratu.
Berbeda dengan Danau Lido, Situ Gunung bukanlah danau alam. Dari berbagai cerita rakyat setempat dan data dari pengelola taman wisata, danau ini ternyata buatan manusia.
Konon, pada tahun 1800-an, danau ini dibuat oleh bangsawan Mataram Rangga Jagad Syahadana atau Mbah Jalun (1770-1841). Tokoh ini merupakan buronan penjajah yang akhirnya menetap di kawasan Kasultanan Banten, tepatnya di kaki Gunung Gede-Pangrango.
Mbah Jalun merasa begitu bahagia ketika istrinya yang berasal dari Kuningan-Cirebon melahirkan seorang anak laki-laki, Rangga Jaka Lulunta. Perasaan bangga, bahagia, dan penuh syukur itu diwujudkannya dengan membangun Situ Gunung.
Telaga Situ Gunung kemudian diambil alih oleh Belanda dan kemudian dibangunlah beberapa infrastruktur pada tahun 1850.
Di kawasan ini pernah dibangun hotel dengan nama Hotel Situ Gunung.
Kini di Situ Gunung tersedia penginapan yang cukup nyaman dengan fasilitas air panas. Apabila memilih berkemah, pelancong bisa membawa tenda sendiri atau menyewa tenda dari pengelola. Fasilitas mandi cuci kakus juga tersedia di areal perkemahan itu. (AHA/NEL/ARN)
Sumber :
http://www.kompas.com/read/xml/2009/01/03/12055484/wisata.sejarah.peninggalan.belanda.di.sukabumi
3 Januari 2009
Pemekaran Sukabumi Seusai Pilkada
Pemekaran wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) ditargetkan selesai usai pemilihan kepala daerah (Pilkada) di daerah itu, yang rencananya akan digelar tahun 2010.
Ketua Pansus Pemekaran DPRD Jabar, Rusna Kosasih di Sukabumi, Senin (3/8), menjelaskan, terkait pemekaran Kabupaten Sukabumi tersebut pihaknya siap merekomendasikan pembentukan Kabupaten Sukabumi Utara (KSU) selaku daerah otonomi termuda di Jabar.
"Kami akan menunjuk Cibadak sebagai calon ibu kota KSU karena itu merupakan salah satu pembahasan penting bersama Gubernur Jabar," katanya, seperti dikutip “Antara”.
Ia mengatakan, rencana pemekaran Kabupaten Sukabumi ini sudah bergulir pada 1970, sehingga keinginan dibentuk KSU dan juga pemekaran yang akan digulirkan usai Pilkada Kabupaten Sukabumi ini adalah aspirasi dari masyarakat sendiri dengan pertimbangan pemekaran dari daerah induk.
\"Kami menerima masukan dan usulan mengenai poin-poin penting yang akan dibicarakan, karena keputusan pemekaran di DPRD harus sudah selesai 14 Agustus mendatang,\" katanya.
Apabila pihak DPRD telah memutuskan pembahasan pemekaran ini, pihaknya akan membahas di tingkat Pemprov Jabar dan kelengkapan administrasinya serta kekuatan hukumnya akan dikirim ke Departemen Dalam Negeri (Depdagri).
\"Semoga rekan-rekan yang ada di pusat cepat mengeluarkan aturan tentang pemekaran,\" kata Rusna Kosasih.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi Deden Achadiyat mengatakan bahwa pemerintah kabupaten (Pemkab) sudah menganggarkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp5 miliar untuk pemekaran KSU.
Selain itu, pihaknya setuju Cibadak menjadi ibukota KSU, karena dilihat dari topografi daerahnya, Cibadak adalah jalur strategis dan banyak tanah milik Pemkab. "Rencananya pusat pemerintahan baru akan dibuka di Desa Karangtengah dan kawasan Cireundeu," katanya.
Wacana pemekaran KSU ini sudah mulai menghangat. Di beberapa kawasan yang termasuk ke dalam KSU, spanduk-spanduk tentang pemekaran sudah beredar dan dipasang oleh masyarakat. (A-147)***
Sumber:
http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=90334, dalam :
http://plod.ugm.ac.id/plodugm/index.php/berita/370-pemekaran-sukabumi-seusai-pilkada-
3 Agustus 2009
Ketua Pansus Pemekaran DPRD Jabar, Rusna Kosasih di Sukabumi, Senin (3/8), menjelaskan, terkait pemekaran Kabupaten Sukabumi tersebut pihaknya siap merekomendasikan pembentukan Kabupaten Sukabumi Utara (KSU) selaku daerah otonomi termuda di Jabar.
"Kami akan menunjuk Cibadak sebagai calon ibu kota KSU karena itu merupakan salah satu pembahasan penting bersama Gubernur Jabar," katanya, seperti dikutip “Antara”.
Ia mengatakan, rencana pemekaran Kabupaten Sukabumi ini sudah bergulir pada 1970, sehingga keinginan dibentuk KSU dan juga pemekaran yang akan digulirkan usai Pilkada Kabupaten Sukabumi ini adalah aspirasi dari masyarakat sendiri dengan pertimbangan pemekaran dari daerah induk.
\"Kami menerima masukan dan usulan mengenai poin-poin penting yang akan dibicarakan, karena keputusan pemekaran di DPRD harus sudah selesai 14 Agustus mendatang,\" katanya.
Apabila pihak DPRD telah memutuskan pembahasan pemekaran ini, pihaknya akan membahas di tingkat Pemprov Jabar dan kelengkapan administrasinya serta kekuatan hukumnya akan dikirim ke Departemen Dalam Negeri (Depdagri).
\"Semoga rekan-rekan yang ada di pusat cepat mengeluarkan aturan tentang pemekaran,\" kata Rusna Kosasih.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi Deden Achadiyat mengatakan bahwa pemerintah kabupaten (Pemkab) sudah menganggarkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp5 miliar untuk pemekaran KSU.
Selain itu, pihaknya setuju Cibadak menjadi ibukota KSU, karena dilihat dari topografi daerahnya, Cibadak adalah jalur strategis dan banyak tanah milik Pemkab. "Rencananya pusat pemerintahan baru akan dibuka di Desa Karangtengah dan kawasan Cireundeu," katanya.
Wacana pemekaran KSU ini sudah mulai menghangat. Di beberapa kawasan yang termasuk ke dalam KSU, spanduk-spanduk tentang pemekaran sudah beredar dan dipasang oleh masyarakat. (A-147)***
Sumber:
http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=90334, dalam :
http://plod.ugm.ac.id/plodugm/index.php/berita/370-pemekaran-sukabumi-seusai-pilkada-
3 Agustus 2009
Rumah Makan Di Sukabumi
Restaurant dan tempat makan di kota Sukabumi.
Kota Sukabumi merupakan salah satu alternatif kota tujuan wisata yang patut diperhitungkan. Sukabumi memiliki daya tarik yang beragam, dari mulai wisata budaya dengan legenda Nyi Roro Kidul (Ratu Kidul) nya, juga wisata alam pegunungan di daerah Salabintana yang merupakan kaki dari gunung Gede - Pangrango, sampai wisata pantai yang sangat terkenal yaitu Pelabuhan Ratu.
Berikut daftar sebagian rumah makan yang ada di kota Sukabumi :
Disen Jl. Raya Cigayung, Cisaat.
Rasa Kuring Jl. Raya Cibolang, Cisaat.
Binaga Rasa Jl. Raya Cibolang, Cisaat.
Riung Gunung Asri Jl. Raya Cagak, Cisaat.
Setia Jaya Jl. Raya Cirandem, Cisaat.
Roda Baru Jl. Situ Gunung, Cisaat.
Sari Rasa Jl. Raya Cibatu, Cisaat.
Sari Nikmat Jl. Rambai, Cisaat.
Nikmat Jl. Pasekon, Suka Raja.
Bumi Unyil Jl. Pasekon, Suka Raja.
Rasa Kuring Jl. Cirumput, Suka Raja.
Larosa Jl. Cirumput, Suka Raja.
Ratu Minang Jl. Cikembar.
Andis Jl. Cikembar.
Sederhana Jl. Cikembar.
Mega Rasa 2 Jl. Karang Tengah, Cibadak.
Pondok Neng Ardila Jl. Karang tengah, Cibadak.
Pondok Bambu Kuring Jl. Raya Parungkuda.
Citra Rasa Jl. Raya Parungkuda.
Tjahyani Jl. Raya Parungkuda.
Abadi Jl. Raya Parungkuda.
Cimalati Raya Jl. Cimalati, Cicurug.
Sari Indah Jl. Cimalati, Cicurug.
Patwa Air Jl. Cicurug.
Sinar Kencana Jl. Cicurug.
Gapura Bambu Jl. Cicurug.
Sumber :
http://www.indotravelers.com/sukabumi/wisata-kuliner-sukabumi.html
Kota Sukabumi merupakan salah satu alternatif kota tujuan wisata yang patut diperhitungkan. Sukabumi memiliki daya tarik yang beragam, dari mulai wisata budaya dengan legenda Nyi Roro Kidul (Ratu Kidul) nya, juga wisata alam pegunungan di daerah Salabintana yang merupakan kaki dari gunung Gede - Pangrango, sampai wisata pantai yang sangat terkenal yaitu Pelabuhan Ratu.
Berikut daftar sebagian rumah makan yang ada di kota Sukabumi :
Disen Jl. Raya Cigayung, Cisaat.
Rasa Kuring Jl. Raya Cibolang, Cisaat.
Binaga Rasa Jl. Raya Cibolang, Cisaat.
Riung Gunung Asri Jl. Raya Cagak, Cisaat.
Setia Jaya Jl. Raya Cirandem, Cisaat.
Roda Baru Jl. Situ Gunung, Cisaat.
Sari Rasa Jl. Raya Cibatu, Cisaat.
Sari Nikmat Jl. Rambai, Cisaat.
Nikmat Jl. Pasekon, Suka Raja.
Bumi Unyil Jl. Pasekon, Suka Raja.
Rasa Kuring Jl. Cirumput, Suka Raja.
Larosa Jl. Cirumput, Suka Raja.
Ratu Minang Jl. Cikembar.
Andis Jl. Cikembar.
Sederhana Jl. Cikembar.
Mega Rasa 2 Jl. Karang Tengah, Cibadak.
Pondok Neng Ardila Jl. Karang tengah, Cibadak.
Pondok Bambu Kuring Jl. Raya Parungkuda.
Citra Rasa Jl. Raya Parungkuda.
Tjahyani Jl. Raya Parungkuda.
Abadi Jl. Raya Parungkuda.
Cimalati Raya Jl. Cimalati, Cicurug.
Sari Indah Jl. Cimalati, Cicurug.
Patwa Air Jl. Cicurug.
Sinar Kencana Jl. Cicurug.
Gapura Bambu Jl. Cicurug.
Sumber :
http://www.indotravelers.com/sukabumi/wisata-kuliner-sukabumi.html
Atraksi Budaya Kabupaten Sukabumi
Selain beragam objek wisata alam, Kabupaten Sukabumi juga memilik beragam kesenian unik dan menarik, dan terdapat empat daerah utama kampung adat. Keempat kampung adat tersebut yaitu : Kampung Adat Gri Jaya, Sinaresmi, Ciptagelar dan kampung adat Sinarasa.
Jika anda berwisata ke kampung adat, tidak hanya akan disuguhi keragaman karya seni adhiluhung, tapi juga pemandangan alam yang asri dan terjaga.
Kesenian Lais.
Terdapat di kampung Cicadas Sinaresmi kecamatan Cisolok. Seni ini mempertunjukan keahlian serta ketangkasan para pelakunya yang tidak lepas dari unsur magis antara lain berjalan di atas tambang yang dibentang di ujung dua buah bambu dan atraksi keangkasan lainya. Atraksi tersebut didukung seperangkat kendang pencak sebagai pengiringnya.
Kuda Lumping.
Adalah jenis kesenian di kecamatan Surade. Permainannya tidak lepas dari unsur-unsur kekuatan magis, serta gerakan ritmik kuda lumping diiringi seperangkat kendang pencak dengan mempertunjukan beberapa aksi seseroan, mengupas kelapa dengan gigi, memakan pecahan beling, memakan gabah padi serta atraksi lainya.
Kesenian Topeng.
Salah satu kesenian yang berada di kampung adat Ciptarasa, kecamatan Cisolok. Merupakan salah satu jenis kesenian teater rakyat yang menggunakan topeng sebagai alat dalam membawakan alur cerita penuh humor.
Kesenian Gondang Buhun.
Kesenian ini masih hidup di kalangan masyarakat desa Gunung Bentang, kecamatan Sagaranten. Jaman dahulu acara ini biasa digelar pada acara menumbuk padi secara gotong royong oleh pra kaum Ibu tani dengan menggunakan alat berupa lesung dan halu.
Kesenian Parebut Seeng.
Kesenian ini terdapat di kecamatan Cicurug. Kemunculan kesenian ini berawal dari dua kelompok perguruan silat Cimande, dengan iringan kendang pencak silat tepak padungdung, kegiatan parebutan seeng berlangsung seru.
Kesenian Gekbreng.
Adalah seni teater rakyat yang masih hudup di kecamatan Geger Bitung. Cerita yang diperagakan pada saat pagelaran dimulai dari pengungkapan rasa suka dan duka kehidupan seniman, dilakukan secara spontanitas. Cerita yang dbawakan sesuai dengan situasi serta tuntutan masyarakat yang berkembang pada saat ini.
Kesenian Angklung Buncis.
Berada di desa Gunung Bentang, kecamatan Sigaranten. Angklung buncis secara tradisional dilaksanakan pada saat masyarakat melaksanakan kegiatan upacara menanam padi di sawah dengan bunyi angklung lagu buncis yang khas menurut tradisinya. Lagu-lagu yang biasa dibawakan antara lain lagu Buncis, Bancet, Rawa, Engko, Buncis Balak, Manuk Gunung, dan Oray Orayan disertai gerakan lucu dari pelakunya.
Kesenian Dog Dog Lojor.
Seni musik tradisional yang menggunakan dog dog panjang terbuat dari bambu berpadu serasi dengan dentang angklung besar. Seni ini biasanya digelar mengiring kegiatan mengangkut padi dari lantaian ke lumbung padi di kampung adat Ciptarasa , kecamatan Cisolok.
Kesenian Jipeng.
Seni tradisional di kampung adat Ciptarasa, kecamatan Cisolok. Digelar untuk menghibur masyarakat kampung adat yang ingin menyaksikan upacara adat serah tahun. Jipeng menyuguhkan lagu-lagu diiringi Tanji, Clarinet, Saxophone dan Drum. Peralatan musik tersebut merupakan peninggalan penjajah.
Kesenian Teater Uyeng.
Merupakan bentuk teater rakyat yang berasal dari Sukabumi. Pembeda dengan teater rakyat lainya ialah kehadiran tokoh sakral Raja Uyeng di panggung pertunjukan. Kini teater Uyeng disajikan dengan bentuk hiburan, namun masih mempertahankan idiom Uyeng lama.
Sumber :
Brosur Wisata Kabupaten Sukabumi. Dalam :
http://www.indotravelers.com/sukabumi/atraksi_budaya_sukabumi.html
Jika anda berwisata ke kampung adat, tidak hanya akan disuguhi keragaman karya seni adhiluhung, tapi juga pemandangan alam yang asri dan terjaga.
Kesenian Lais.
Terdapat di kampung Cicadas Sinaresmi kecamatan Cisolok. Seni ini mempertunjukan keahlian serta ketangkasan para pelakunya yang tidak lepas dari unsur magis antara lain berjalan di atas tambang yang dibentang di ujung dua buah bambu dan atraksi keangkasan lainya. Atraksi tersebut didukung seperangkat kendang pencak sebagai pengiringnya.
Kuda Lumping.
Adalah jenis kesenian di kecamatan Surade. Permainannya tidak lepas dari unsur-unsur kekuatan magis, serta gerakan ritmik kuda lumping diiringi seperangkat kendang pencak dengan mempertunjukan beberapa aksi seseroan, mengupas kelapa dengan gigi, memakan pecahan beling, memakan gabah padi serta atraksi lainya.
Kesenian Topeng.
Salah satu kesenian yang berada di kampung adat Ciptarasa, kecamatan Cisolok. Merupakan salah satu jenis kesenian teater rakyat yang menggunakan topeng sebagai alat dalam membawakan alur cerita penuh humor.
Kesenian Gondang Buhun.
Kesenian ini masih hidup di kalangan masyarakat desa Gunung Bentang, kecamatan Sagaranten. Jaman dahulu acara ini biasa digelar pada acara menumbuk padi secara gotong royong oleh pra kaum Ibu tani dengan menggunakan alat berupa lesung dan halu.
Kesenian Parebut Seeng.
Kesenian ini terdapat di kecamatan Cicurug. Kemunculan kesenian ini berawal dari dua kelompok perguruan silat Cimande, dengan iringan kendang pencak silat tepak padungdung, kegiatan parebutan seeng berlangsung seru.
Kesenian Gekbreng.
Adalah seni teater rakyat yang masih hudup di kecamatan Geger Bitung. Cerita yang diperagakan pada saat pagelaran dimulai dari pengungkapan rasa suka dan duka kehidupan seniman, dilakukan secara spontanitas. Cerita yang dbawakan sesuai dengan situasi serta tuntutan masyarakat yang berkembang pada saat ini.
Kesenian Angklung Buncis.
Berada di desa Gunung Bentang, kecamatan Sigaranten. Angklung buncis secara tradisional dilaksanakan pada saat masyarakat melaksanakan kegiatan upacara menanam padi di sawah dengan bunyi angklung lagu buncis yang khas menurut tradisinya. Lagu-lagu yang biasa dibawakan antara lain lagu Buncis, Bancet, Rawa, Engko, Buncis Balak, Manuk Gunung, dan Oray Orayan disertai gerakan lucu dari pelakunya.
Kesenian Dog Dog Lojor.
Seni musik tradisional yang menggunakan dog dog panjang terbuat dari bambu berpadu serasi dengan dentang angklung besar. Seni ini biasanya digelar mengiring kegiatan mengangkut padi dari lantaian ke lumbung padi di kampung adat Ciptarasa , kecamatan Cisolok.
Kesenian Jipeng.
Seni tradisional di kampung adat Ciptarasa, kecamatan Cisolok. Digelar untuk menghibur masyarakat kampung adat yang ingin menyaksikan upacara adat serah tahun. Jipeng menyuguhkan lagu-lagu diiringi Tanji, Clarinet, Saxophone dan Drum. Peralatan musik tersebut merupakan peninggalan penjajah.
Kesenian Teater Uyeng.
Merupakan bentuk teater rakyat yang berasal dari Sukabumi. Pembeda dengan teater rakyat lainya ialah kehadiran tokoh sakral Raja Uyeng di panggung pertunjukan. Kini teater Uyeng disajikan dengan bentuk hiburan, namun masih mempertahankan idiom Uyeng lama.
Sumber :
Brosur Wisata Kabupaten Sukabumi. Dalam :
http://www.indotravelers.com/sukabumi/atraksi_budaya_sukabumi.html
Langganan:
Postingan (Atom)