Rencana Pemerintah Pusat untuk membangun jalan tol mulai dari Ciawi hingga ke Cianjur pada tahun depan ditanggapi beragam sejumlah pihak. Beberapa diantaranya menilai pembangunan jalan bebas hambatan itu diperkirakan bisa memberikan keuntungan bagi masyarakat Kota Sukabumi. Namun pandangan pengamat ekonomi justru beranggapan Kota Sukabumi bisa menjadi “Kota Mati”.
Kekhawatiran bakal matinya Kota Sukabumi atas rencana pembangunan jalan tol diungkapkan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Sukabumi, Andri L Kusuma kepada Jurnal Bogor, Senin (11/5) kemarin. Andri menilai Kota Sukabumi belum siap menyambut kehadiran jalan tol jika melihat dari sarana infrastruktur. Pasalnya, Pemda Kota Sukabumi selama ini hanya memfokuskan peningkatan pembangunan pada sektor pendidikan dan kesehatan.
”Dalam hal pembangunan jalan tol ini akan timbul dua kemungkinan yang terjadi pada suatu daerah. Ketika jalan tol sudah beroperasi, suatu daerah bisa saja akan menjadi daerah tujuan. Namun ketika daerah itu tidak siap dengan sarana infrastruktur, maka yang timbul akan menjadi daerah perlintasan saja,” kata Andri.
Menurut Andri, Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi dinilai belum siap dalam hal penyediaan infrastruktur untuk penunjang hadirnya jalan tol. Maka jangan harap Kota Sukabumi akan lebih maju. Hingga kini, Pemda Kota Sukabumi belum nampak menerapkan konsep yang jelas menghadapi tantangan kedepan setelah jalan tol terrealisasi.
Andri menegaskan, salah satu sarana yang bisa menunjang Kota Sukabumi menjadi daerah tujuan adalah kesiapannya dalam membangun pusat layanan jasa perdagangan. Sejauh ini memang Kota Sukabumi memiliki tiga visi dan misi yang diemban untuk peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hanya saja pembangunan di bidang perdagangan belum begitu nampak sehingga berpotensi menjadikan Kota Sukabumi hanya sebagai daerah perlintasan.
“Jika tidak dipersiapkan dari sekarang mengenai jasa perdagangan, lambat laun Kota Sukabumi akan disebut sebagai ghost city alias kota hantu. Kota Sukabumi tidak ubahnya hanya sebuah daerah perlintasan bukan lagi kota tujuan. Makanya dibutuhkan sebuah konsep yang jelas bagaimana membangun sebuah kota tujuan khususnya dalam membangun pusat layanan jasa perdagangan,” terangnya.
Selama ini, terang Andri, Pemkot Sukabumi terlalu bangga akan pencapaian Indeks Pendidikan dan Kesehatan. Sementara Indeks daya beli jauh masih rendah. Inipula yang membuktikan ketidakberdayaan Pemkot dalam mengembangkan sektor perdagangan dan industri.
”Alasannya selalu mengatakan masalah keterbatasan sumberdaya alam. Padahal Singapura juga tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah. Tapi Singapura justru bisa menjadi sebuah negara paling maju di Asia Tenggara,” katanya.
Kepala Dinas Koperasi, Perindusrian dan Perdagangan Kota Sukabumi Dudi Fathul Jawad mengakui dua kemungkinan hadirnya jalan tol ini. Namun pihaknya optimis Kota Sukabumi akan menjadi kota tujuan setelah jalan tol beroperasi. Salah satu rangsangan untuk kota tujuan ini dilakukan dengan menyusun grand strategic (GS) pengembangan ekonomi kemasyarakatan melalui pemberdayaan koperasi dan UKM tahun 2008-2013.
Sumber :
Budi Darmawan
http://www.jurnalbogor.com/?p=26513
12 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar